Kamis, 06 Desember 2012

POLA TANAM



Penanaman suatu tanaman tidak seharusnya dengan pola yang tidak teratur, karena itu akan membuat suatu tanaman tersebut mengalami ketidak stabilan pada saat bertumbuh, maka oleh sebab itu harus mengatur pola dan jarak tanam antara tanaman satu dan yang  lainya.
Sistem pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani. Misal: pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga kerja, pengelolan dsb.
Model sistem pertanaman disusun berdasarkan asumsi bahwa sistem pertanaman yang terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya merupakan ekspresi dari tanggapan petani dalam mengendalikan lingkungannya. Bila komponen-konponen penyusun lingkungan tersebut dikaji dalam hubungannya satu dengan yang lain,  akan dapat diidentifikasi bagian-bagian dari komponen tersebut yang masih dapat diperbaiki atau dikembangkan kemudian ditentukan skala prioritas penanganannya.
Pola pertanaman (cropping pattern) merupakan  susunan kombinasi pertanaman menurut dimensi ruang dan waktu. Pola/bentuk pertanaman pertanian yang terjadi di dunia merupakan hasil variasi/kombinasi dari iklim, tanah, ekonomi, struktur sosial dan sejarah lokal yang terjadi pada masing-masing wilayah tertentu.
Faktor-faktor fisik yang paling berperan dalam pertumbuhan tanaman dan keberadaan sistem pertanian adalah adanya keseimbangan air, ketersediaan radiasi yang cukup, suhu dan kondisi tanah. Manusia merupakan faktor dominan yang berperan dalam keberhasilan penanaman yaitu mencakup faktor sosial, kebijakan ekonomi dan politik yang mencakup kebudayaan dan agama, harga, transportasi

Pola Tanam terdiri dari 2 macam yaitu :
a. Monokultur
            Pola tanam monokultur merupakan penanaman satu jenis tanaman pada suatu waktu tertentu pada lahan tertentu. Misalnya penanaman padi, kedelai, teh, karet dll.

b. Polikultur
            Polikultur merupakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu yang bersamaan ataupun tidak bersamaan.
Tanaman yang akan ditanam secara polikutur, harus memiliki kombinasi sifat sebagai berikut (Tabel 1):
Tabel 1.    Kombinasi Beberapa Sifat Tanaman dalam Pola Polikultur

No.
Sifat tanaman 1
Sifat tanaman 2
Keuntungan
1.
Habitus tinggi
Habitus rendah
Efektif menggunakan cahaya
2.
Perakaran dalam (dikotil)
Perakaran dangkal (monokotil)
Mengurangi kompetisi faktor tanah
3.
Umur dalam ron
Umur genjah
Memperpendek persaingan
4.
Leguminosa
Leguminosa
Membatasi persaingan terhadap N
5.
Geometrik erek/vertikal
Geometrik Horizontal
Efektif menggunakan cahaya
6.
Kebutuhan cahaya tinggi
Kebutuhan cahaya rendah
Efektif menggunakan cahaya
7.
Fase-fase pertumbuhan lebih dulu (tertutama fase generatif)
Fase-fase pertumbuhan lebih lambat
Kompetisi yang keras dapat dihindari



Kombinasi beberapa sifat tanaman dalam pola tanam polikultur / intercropping

Alasan-alasan yang mendorong petani untuk melakukan penanaman secara polikultur adalah :
a. Penghindaran resiko (Risk avoidance)
            Pertanaman secara monokultur dapat kurang stabil dalam keadaan tertentu. Apabila salah satu tanaman mengalami kegagalan, maka tanaman lainnya masih bisa diharapkan hasilnya.

b.Penggunaan nutrisi lebih efektif
            Tanaman yang berbeda jenisnya, maka kebutuhan nutrisinya juga berbeda, sifat ini dapat menimbulkan efisiensi penggunaan nutrisi tanaman. Kombinasi intercropping tertentu tidak hanya  menghasilkan akumulasi bahan kering yang lebih tinggi, tetapi juga menjadikan efisiensi penggunaan nitrogen seperti pengambilan nitrogen pada kombinasi jagung dan padi lebih tingggi dari masing-masing tanaman tunggalnya.

c. Memelihara kesuburan tanah
            Penanaman secara Intercropping dan mixed cropping dapat mempertahankan kesuburan tanah. Seperti pada tanaman sorgum. Tanaman tunggal sorgum di Nigeria utara menunjukkan penurunan hasil yang sangat besar dari pertanaman pertama kepada pertanaman kedua berikutnya setelah terlebih dahulu nampak penurunan hasil secara perlahan-lahan.

d.      Produktivitas yang lebih tinggi
            Alasan kebanyakan petani menggunakan sistem tumpang sari adalah tingginya produktivitas yaitu jika tanaman yang bersangkutan saling mengisi. Penanaman dengan cara campuran antara tanaman cotton-marie, terjadi peningkatan sebesar 29 %.

e. Memerangi kerusakan akibat hama
            Besarnya variasi penyakit dan hama dengan bertambahnya jumlah tanaman dalam sistem tumpnag sari yang mungkin terjadi, tidak akan menimbulkan kerusakan yang akut/membahayakan. Banyak sifat intensif yang umum digunakan mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi terhadap populasi hama. Sebagai contohnya, penemuan IRRI terhadap reduksi hama penggerek batang jagung (Osbinia furnacalis guinee) apabila jagung ditanam secara tumpang sari dengan kacang tanah.
f. Pengendalian gulma lebih mudah
            Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan bertambahnya populasi tanaman. Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk berkembang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada pertanaman tunggal.monokultur. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa dapat memerangi vegetasi gulma sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.

g.Penggunaan tenaga kerja lebih mudah
            Adanya perbedaan sifat tanman menyebabkan distribusi pekerjaan akan terjadi secara merata di sepanjang musim tanam meskipun dengan sistem tumpang sari akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

Pola tanam polikultur, ada bermacam-macam bentuknya, yaitu (Gambar 1):
a.      Sequential cropping (tanam bergiliran), adalah usaha menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara berurutan pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Dimana setiap musim tanam, petani hanya mengelola satu jenis tanaman.
b.      Intercropping (tanam tumpangsari), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam, petani mengelola lebih dari satu jenis tanamaa pada lahan yang sama. Ada beberapa macam intercropping :
· mixed intercropping (tanaman campuran)
yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan tidak memperhatikan jarak tanam/ pola yang tidak teratur.
· row intercropping
yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak    dengan            jarak tanam tertentu (satu jenis tanaman atau lebih ditanam dalam barisan).
· strip intercropping (pertanaman berjalur)
yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan satu macam tanaman ditanam dalam jalur-jalur tersendiri yang disusun secara berselang-seling. Bila dilakukan di lahan yang miring      (lereng), mengikuti garis kontour, yang disebut pertanaman “sabuk gunung” (contour cropping).
· relay intercropping (pertanaman tumpang gilir )
yaitu suatu pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam secara bergiliran. Tanaman kedua ditanam di antara baris tanaman pertama, setelah tanaman pertama berbunga tetapi sebelum dipanen. (menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak selama sebagian dari daur hidup masing-masing tanaman (tanam bersisipan).
· multi-storey cropping (pertanaman bertingkat)
yaitu pertanaman berbentuk kombinasi antara pohon dengan tanaman lain yang berhabitus lebih pendek. Kombinasi antara pohon berupa tanaman kehutanan dengan tanamana berhabitus pendek yang berupa tanaman pertanian, yang disebut agro-forestry.
· Alternating Bed System (sistem surjan)
Sistem pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih, yang ditanam pada sebidang lahan yang dibentuk menjadi dua ketinggian, bagian yang tinggi (tabukan) dan yang rendah (ledokan) secara berselang-seling. Bagian yang tinggi biasanya berfungsi sebagai tegalan, sedang bagian yang rendah sebagai sawah.

Gambar 1.     Bentuk-bentuk pola tanam. a. mixed intercropping; b. row intercropping; c. strip intercropping; d. relay intercropping.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar