Penanaman suatu tanaman tidak seharusnya dengan pola yang tidak teratur, karena itu akan membuat suatu tanaman tersebut mengalami ketidak stabilan pada saat bertumbuh, maka oleh sebab itu harus mengatur pola dan jarak tanam antara tanaman satu dan yang lainya.
Sistem
pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem
usaha tani. Misal: pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga kerja,
pengelolan dsb.
Model
sistem pertanaman disusun berdasarkan asumsi bahwa sistem pertanaman yang
terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya merupakan ekspresi dari tanggapan
petani dalam mengendalikan lingkungannya. Bila komponen-konponen penyusun
lingkungan tersebut dikaji dalam hubungannya satu dengan yang lain, akan dapat diidentifikasi bagian-bagian dari
komponen tersebut yang masih dapat diperbaiki atau dikembangkan kemudian
ditentukan skala prioritas penanganannya.
Pola
pertanaman (cropping pattern) merupakan
susunan kombinasi pertanaman menurut dimensi ruang dan waktu. Pola/bentuk
pertanaman pertanian yang terjadi di dunia merupakan hasil variasi/kombinasi
dari iklim, tanah, ekonomi, struktur sosial dan sejarah lokal yang terjadi pada
masing-masing wilayah tertentu.
Faktor-faktor
fisik yang paling berperan dalam pertumbuhan tanaman dan keberadaan sistem
pertanian adalah adanya keseimbangan air, ketersediaan radiasi yang cukup, suhu
dan kondisi tanah. Manusia merupakan faktor dominan yang berperan dalam
keberhasilan penanaman yaitu mencakup faktor sosial, kebijakan ekonomi dan
politik yang mencakup kebudayaan dan agama, harga, transportasi
Pola Tanam terdiri dari 2 macam
yaitu :
a. Monokultur
Pola tanam monokultur merupakan
penanaman satu jenis tanaman pada suatu waktu tertentu pada lahan tertentu. Misalnya
penanaman padi, kedelai, teh, karet dll.
b. Polikultur
Polikultur merupakan penanaman lebih
dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu
yang bersamaan ataupun tidak bersamaan.
Tanaman
yang akan ditanam secara polikutur, harus memiliki kombinasi sifat sebagai
berikut (Tabel 1):
Tabel 1. Kombinasi Beberapa Sifat Tanaman dalam Pola Polikultur
No.
|
Sifat tanaman 1
|
Sifat tanaman 2
|
Keuntungan
|
1.
|
Habitus tinggi
|
Habitus rendah
|
Efektif menggunakan cahaya
|
2.
|
Perakaran dalam (dikotil)
|
Perakaran dangkal (monokotil)
|
Mengurangi kompetisi faktor
tanah
|
3.
|
Umur dalam ron
|
Umur genjah
|
Memperpendek persaingan
|
4.
|
Leguminosa
|
Leguminosa
|
Membatasi persaingan terhadap N
|
5.
|
Geometrik erek/vertikal
|
Geometrik Horizontal
|
Efektif menggunakan cahaya
|
6.
|
Kebutuhan cahaya tinggi
|
Kebutuhan cahaya rendah
|
Efektif menggunakan cahaya
|
7.
|
Fase-fase pertumbuhan lebih
dulu (tertutama fase generatif)
|
Fase-fase pertumbuhan lebih
lambat
|
Kompetisi yang keras dapat
dihindari
|
Kombinasi
beberapa sifat tanaman dalam pola tanam polikultur / intercropping
Alasan-alasan
yang mendorong petani untuk melakukan penanaman secara polikultur adalah :
a. Penghindaran
resiko (Risk avoidance)
Pertanaman secara monokultur dapat
kurang stabil dalam keadaan tertentu. Apabila salah satu tanaman mengalami
kegagalan, maka tanaman lainnya masih bisa diharapkan hasilnya.
b.Penggunaan
nutrisi lebih efektif
Tanaman yang berbeda jenisnya, maka kebutuhan nutrisinya
juga berbeda, sifat ini dapat menimbulkan efisiensi penggunaan nutrisi tanaman.
Kombinasi intercropping tertentu
tidak hanya menghasilkan akumulasi bahan
kering yang lebih tinggi, tetapi juga menjadikan efisiensi penggunaan nitrogen
seperti pengambilan nitrogen pada kombinasi jagung dan padi lebih tingggi dari
masing-masing tanaman tunggalnya.
c. Memelihara
kesuburan tanah
Penanaman secara Intercropping
dan mixed cropping dapat
mempertahankan kesuburan tanah. Seperti pada tanaman sorgum. Tanaman tunggal
sorgum di Nigeria
utara menunjukkan penurunan hasil yang sangat besar dari pertanaman pertama
kepada pertanaman kedua berikutnya setelah terlebih dahulu nampak penurunan
hasil secara perlahan-lahan.
d. Produktivitas
yang lebih tinggi
Alasan kebanyakan petani menggunakan sistem tumpang sari adalah
tingginya produktivitas yaitu jika tanaman yang bersangkutan saling mengisi. Penanaman
dengan cara campuran antara tanaman cotton-marie, terjadi peningkatan sebesar
29 %.
e. Memerangi
kerusakan akibat hama
Besarnya variasi penyakit dan hama dengan bertambahnya jumlah tanaman dalam
sistem tumpnag sari yang mungkin terjadi, tidak akan menimbulkan kerusakan yang
akut/membahayakan. Banyak sifat intensif yang umum digunakan mempunyai tingkat
stabilitas yang tinggi terhadap populasi hama.
Sebagai contohnya, penemuan IRRI terhadap reduksi hama penggerek batang jagung (Osbinia
furnacalis guinee) apabila jagung ditanam secara tumpang sari dengan kacang
tanah.
f. Pengendalian
gulma lebih mudah
Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan
bertambahnya populasi tanaman. Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk
berkembang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada pertanaman
tunggal.monokultur. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa
dapat memerangi vegetasi gulma sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian
gulma.
g.Penggunaan
tenaga kerja lebih mudah
Adanya perbedaan sifat tanman menyebabkan distribusi
pekerjaan akan terjadi secara merata di sepanjang musim tanam meskipun dengan
sistem tumpang sari akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.
Pola tanam polikultur, ada bermacam-macam bentuknya, yaitu (Gambar 1):
a.
Sequential cropping (tanam
bergiliran), adalah usaha menumbuhkan dua tanaman
atau lebih secara berurutan pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Dimana
setiap musim tanam, petani hanya mengelola satu jenis tanaman.
b.
Intercropping (tanam
tumpangsari), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara
bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam, petani mengelola
lebih dari satu jenis tanamaa pada lahan yang sama. Ada beberapa macam intercropping :
· mixed
intercropping (tanaman campuran)
yaitu
menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan tidak
memperhatikan jarak tanam/ pola yang tidak teratur.
· row intercropping
yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan jarak
tanam tertentu (satu jenis tanaman atau lebih ditanam dalam barisan).
· strip intercropping (pertanaman
berjalur)
yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak
dengan satu macam tanaman ditanam dalam jalur-jalur tersendiri yang disusun
secara berselang-seling. Bila dilakukan di lahan yang miring (lereng), mengikuti garis kontour, yang
disebut pertanaman “sabuk gunung” (contour cropping).
· relay intercropping (pertanaman tumpang gilir
)
yaitu suatu
pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam secara
bergiliran. Tanaman kedua ditanam di antara baris tanaman pertama, setelah
tanaman pertama berbunga tetapi sebelum dipanen. (menumbuhkan dua tanaman atau
lebih secara bersama-sama/serentak selama sebagian dari daur hidup
masing-masing tanaman (tanam bersisipan).
· multi-storey
cropping (pertanaman bertingkat)
yaitu pertanaman berbentuk kombinasi antara pohon dengan tanaman lain yang
berhabitus lebih pendek. Kombinasi antara pohon berupa tanaman kehutanan dengan
tanamana berhabitus pendek yang berupa tanaman pertanian, yang disebut
agro-forestry.
· Alternating
Bed System (sistem surjan)
Sistem pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih, yang
ditanam pada sebidang lahan yang dibentuk menjadi dua ketinggian, bagian yang
tinggi (tabukan) dan yang rendah (ledokan) secara berselang-seling. Bagian yang
tinggi biasanya berfungsi sebagai tegalan, sedang bagian yang rendah sebagai
sawah.
Gambar 1. Bentuk-bentuk pola tanam. a. mixed intercropping; b. row intercropping; c. strip intercropping; d. relay intercropping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar